Meski demikian, nilai devisa negara dari ekspor komoditas ini masih fluktuatif meski menunjukkan trend peningkatan. Karena itu peningkatan produksi kopi nasional masih berpeluang besar untuk ditingkatkan, bukan hanya soal kuantitas tapi juga kualitasnya.
Namun, ironisnya ekspor Indonesia belum didorong oleh produk-produk yang bernilai tambah. Ekspor Indonesia masih didominasi oleh barang-barang komoditas. “Kedepan memang perlu strategi untuk peningkatan nilai tambah, keunggulan kompetitif dan komparatif kita harus dimaksimalkan, sehingga memungkinkan terciptanya surplus,” ujar dia.
Dia menjelaskan, luas areal produktif perkebunan kopi Indonesia dewasa ini mencapai 950.000 hektar dari luas areal perkebunan kopi sebesar 1,3 juta hektar. Namun di bandingkan dengan negara lain tingkat produktifitasnya masih sangat rendah. Rata-rata, Indonesia hanya mampu menghasilkan kopi per hektar sebesar 2 ton, sedangkan vietnam mencapai 3 ton per hektar. Bahkan Brazil yang mampu memproduksi hingga 4 ton per hektar. “Untuk itu, HIPMI bersama stake holder yang lain dalam hal ini pemerintah, kampus, IPB, AEKI dan OISCA mendoroong peningkatan produksi kopi nasional dengan melakukan kerjasama baik dari hulu hingga hilir, program intersifikasi yang meliputi beberapa langkah,” tutur dia.
Komentari tentang post ini