JAKARTA – Indonesia for Global Justice (IGJ) menilai pertemuan informal World Trade Organization (WTO) tingkat Menteri atau WTO Mini Ministerial Meeting yang berlangsung di Davos (25/1) telah salah menjawab perkembangan ekonomi dunia.
Pasalnya, perjanjian Trade Facilitation akan semakin membuka pasar Indonesia sehingga serbuan Impor semakin tinggi, sementara kinerja ekspor Indonesia tidak juga membaik.
Kinerja ekspor di sepanjang Jan-Nov 2013 belum lebih baik dari 2012 dimana terjadi penurunan sebesar -5,19% year on year (yoy).
Seperti diketahui, Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan menghadiri acara World Economic Forum (WEF) 2014 di Davos, Swiss, yang berlangsung pada 22-25 Januari 2014 lalu.
Salah satu agenda WEF 2014 yang dihadiri oleh Mendag yaitu pertemuan informal tingkat Menteri.
Pertemuan informal ini memberikan kesempatan bagi Dirjen WTO dan para Menteri anggota WTO untuk mereflesikan kembali Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO ke-9 yang diadakan di Bali, Desember lalu, serta untuk bertukar pandangan guna penyelesaian perundingan WTO.
Direktur Eksekutif IGJ, Riza Damanik mengatakan pertemuan ini hendak mengimplementasikan Perjanjian Trade Facilitation yang dihasilkan dalam Paket Bali WTO dengan mendorong ratifikasi protocol perjanjian oleh seluruh anggota WTO.
Salah satu poin penting dari pertemuan ini adalah hendak menghapus berbagai hambatan perdagangan di perbatasan.
Hal ini akan semakin mendorong peningkatan impor ke negara-negara berkembang, terlebih lagi dengan penguatan pertumbuhan ekonomi global pada 2014.
“Perjanjian Trade Facilitation akan semakin membuka pasar Indonesia sehingga serbuan Impor semakin tinggi. Akibatnya, pasar tradisional akan mati,” jelas Riza di Jakarta, Rabu (29/1).
Komentari tentang post ini