JAKARTA-Indonesia for Global Justice (IGJ) menilai strategi Pemerintah Indonesia membatasi impor dan memaksimalkan penyerapan produksi dalam negeri dalam menghadapi tekanan rupiah tidak cukup. Perlu ada langkah lanjutan untuk membangun Agenda Industrialisasi nasional untuk substitusi impor secara konsisten.
Direktur Eksekutif IGJ, Rachmi Hertanti, menyatakan strategi jangka pendek yang diambil oleh Pemerintah untuk merespon rupiah hari ini tidak boleh hanya berhenti disitu. Itu saja tidak cukup untuk memperkuat fundamental ekonomi Indonesia dan harus dilanjutkan dengan strategi yang lebih jangka panjang. Untuk menjawab tantangan ekonomi global hari ini, penguatan daya saing melalui industrialisasi memang menjadi jawabannya.
“Kami menilai kebijakan strategi daya saing melalui hilirisasi industri yang diambil oleh Kabinet Kerja Presiden Jokowi belum memperlihatkan perubahan yang signifikan. Ini terbukti dengan laju pertumbuhan sektor industry pengolahan dan pertanian masih rendah, yakni sebesar 4,27% dan 3,81% pada tahun 2017, jelas Rachmi.
Komentari tentang post ini