JAKARTA – Pemerintah Indonesia perlu menyiapkan lapangan kerja yang berkualitas untuk menjadi negara maju di tahun 2045 serta menghadapi fenomena deindustrialisasi.
Salah satu langkah yang ditempuh adalah melahirkan ekonomi baru yang bisa menciptakan lapangan kerja berkualitas.
“Karena kalau itu tidak dilakukan (melahirkan ekonomi baru_red) makakita bisa gagal menjadi negara maju,” ujar Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki.
Saat ini kata Teten, Indonesia sedang mengalami problem deindustrialisasi.
Kontribusi industri terhadap ekonomi saat ini hanya sebesar 18 persen.
Ketika industri terus menurun lapangan kerja sedikit, jumlah UMKM berpotensi semakin banyak, utamanya usaha mikro.
“Maka ini akan jadi beban bagi UMKM artinya akan semakin tinggi persaingannya,” katanya.
Menurutnya, Pemerintah Indonesia perlu menyiapkan lapangan kerja yang berkualitas.
Apalagi hari ini 97 persen lapangan kerja disediakan oleh pelaku UMKM.
Dan 90 persennya ada di usaha mikro sektor informal tidak produktif.
“Kita perlu melahirkan ekonomi baru yang bisa menciptakan lapangan kerja berkualitas, karena kalau itu tidak dilakukan kita bisa gagal menjadi negara maju,” tegasnya.
Untuk mengatasi salah satu masalah tersebut, dia mengatakan, pihaknya sedang membangun industri skala menengah berbasis koperasi, untuk mengolah keunggulan domestik, dengan menghasilkan barang setengah jadi, hingga barang jadi agar memberikan nilai tambah dan diharapkan dapat membuka lapangan kerja yang lebih luas.
“Karena setiap daerah punya keunggulan. Apalagi sebanyak 41 persen pemilik lahan sawit adalah rakyat, maka kami mendorong mereka untuk membangun pabrik minyak makan merah. Ini akan memperkuat perekonomian rakyat, jadi para petani sawit tidak hanya menjual Tandan Buah Segar (TBS) kepada industri yang harganya lebih sering tidak stabil sehingga mereka justru selalu dirugikan,” ucapnya.
Sedangkan untuk Rumah Produksi Bersama, pihaknya telah membangun di 8 lokasi pada 2023 dengan berbagai komoditas unggulan, di antaranya komoditas cokelat di Jembrana Bali, kulit di Garut, dan garam di Pangkep.
“Di tahun 2024, kami menargetkan membangun Rumah Produksi Bersama di 7 lokasi baru. Harapanya komoditas unggulan di daerah dapat diproses menjadi barang yang memiliki nilai tambah dan akan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat hingga terhubung kedalam rantai pasok industri atau supply chain,” katanya.
Komentari tentang post ini