JAKARTA – Bank Indonesia (BI) terpaksa bias menentukan suku bunga ke atas karena perekonomian Indonesia sejak dulu transaksi berjalannya selalu defisit.
Defisit ini dipicu keterlambatan Indonesia membangun industri yang menghasilkan bahan baku dan barang modal.
“Sehingga pada waktu pertumbuhan ekonomi naik, dia membutuhkan impor yang terlalu besar. Dan kecepatannya melampaui kecepatan pertumbuhan ekspor. Sehingga yang terjadi adalah defisit transaksi berjalan,” ujar Gubernur BI Darmin Nasution Pencapaian Kinerja BI periode 2009-2013 di Jakarta, Selasa (21/5).
Menurut dia, jika transaksi berjalan defisit maka harus ada surplus ditransaksi modal dan transaksi financial. Kedua faktor ttu penyeimbangannya.
“Kalau tidak maka mau tidak mau, kita harus pinjam,” jelas dia.
Yang sering terjadi, kata dia untuk mengundang masuknya dana dari luar, baik investasi langsung maupun dalam bentuk portofolio investment (capital inflow jangka pendek) maka tingkat suku bunga didorong keatas. Akibatnya, tingkat bunga Indonesia bukan hanya paling tinggi di Asean, tetapi terlalu mahal.
Komentari tentang post ini