JAKARTA-Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) menegaskan bahwa pilpres bukanlah medan perang sesama anak bangsa. Karena itu, ISKA mengutuk kampanye hitam dan fitnah dengan memainkan isu SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan).
Menurutnya, kampanye seyogyanya justru mencerdaskan dan mencerahkan masyarakat, bukan sebaliknya saling menebar kebencian dan fitnah. Untuk itu, tim kampanye masing-masing kandidat baik nomor satu maupun nomor dua seharusnya bekerja lebih keras memberikan contoh kampanye yang baik, sehat, dan jujur. Masifnya kampanye hitam selama pemilu presiden dan wakil presiden kali ini sangat disesalkan ISKA. “Menganalogikan pilpres seperti perang badar adalah tindakan biadab,” demikian diungkapkan Ketua Presidium ISKA Muliawan Margadana di Jakarta, Senin (7/7).
Menurutnya, pilpres adalah suskesi pemerintahan secara damai, bukan perang badar! Pilpres kali ini, ujarnya sangat brutal karena kampanye hitam, dugaan ketidaknetralan Media yang menjadi partisan, isu keterlibatan TNI, kebohongan, dan penyebaran kebencian terjadi di lapangan. Muliawan menilai kampanye hitam dan negatif terkesan dibiarkanoleh penyelenggaran negara. ISKA menggugat peran KPU, Bawaslu, dan Polri. Tiga lembaga tersebut, kata Muliawan, harus melacak dan menyelesaikan secara hukum atas kampanye hitam dan negatif, yang jelas-jelas melanggar norma hukum dan etika penyelenggaraan pemilu. “Media seyogyanya mencerdaskan dan tidak justru melakukan penyesatan publik,” gugat Muliawan.
Menurut ISKA, pilpres harus dilihat sebagai bagian integral untuk menuju masyarakat yang demokratis, dan saat ini maraknya kampanye hitam terlihat seperti upaya pembenturan diantara sesama anak bangsa, hingga kualitas demokrasi Indonesia yang belum matang ini sepertinya akan dibelokkan.
Komentari tentang post ini