Belajar dari fakta tersebut, aplikasi ini dikembangkan sebaik mungkin terutama dalam pencatatan, pendeteksian, dan pemantauan sehingga mengurangi kasus komplikasi gagal ginjal kronis yang selama ini tidak terdeteksi secara dini.
Menurut Dini, penelitian lebih lanjut ini tak lepas dari keterlibatan RSUA dalam mengoptimalkan pemanfaatan data pasien yang relevan, guna meningkatkan akurasi dan efektivitas aplikasi.
Dengan kolaborasi ini, diharapkan aplikasi SahabatCAPD dapat diuji dan disesuaikan secara lebih cermat sesuai dengan kebutuhan pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi CAPD di lingkungan rumah sakit tersebut.
“Selanjutnya, pendataan pasien ini akan dilakukan secara berkelanjutan untuk menyesuaikan hasil validasi data dari rumah sakit,” ungkap alumnus S2 Pusan National University, Korea Selatan tersebut.
Setelah semua tahapan pengembangan dan penyempurnaan sudah matang, aplikasi SahabatCAPD akan segera diluncurkan untuk penggunaan pertamanya di RSUA.
“Rencana peluncuran pertama ini menjadi langkah awal dalam menyediakan layanan yang lebih baik bagi pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi CAPD,” tambah Dini.
Komentari tentang post ini