Karena keterbatasan kualitas SDM itu, pembangunan dan perbaikan infrastruktur di banyak daerah menuntut efektivitas koordinasi pusat-daerah. Kalau pemerintah pusat lepas tangan dengan alasan otonomi daerah, rakyat lagi-lagi akan merasa bahwa peran pemerintah tidak efektif. Benar bahwa warga lokal akan mengecam Pemda, tetapi pemerintah pusat pun akan dinilai tidak efektif karena tidak peduli. Karena itu, untuk pembangunan dan perbaikan infrastruktur, aspirasi daerah hendaknya didengar dan disikapi dengan bijaksana.
Bagaimana strategi memerangi kemiskinan di negara ini? Publik pun masih harus menunggu sampai Parpol dan Capres memaparkan programnya. Untuk masalah ini, program yang ditawarkan hendaknya solutif, bukan lagi sumbangan sesaat atau iming-iming. Jangan sampai pemerintah baru mencari pinjaman luar negeri untuk dibagi-dibagi kepada warga miskin. Sudah terbukti bahwa program bantuan langsung tunai (BLT) yang dibiayai dengan pinjaman luar negeri sama sekali tidak bisa mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia.
Bergiat membangun infrastruktur di semua pelosok dan menghadirkan lebih banyak investor di daerah jauh lebih efektif memerangi kemiskinan. Banyak investor sudah membidik potensi usaha di sejumlah daerah, termasuk di Indonesia bagian timur. Mereka akan merealisasikan minat investasi jika infrastruktur di daerah bersangkutan sudah memadai. Jadi, jelas bahwa kunci mewujudkan pusat pertumbuhan baru adalah merealisasikan pembangunan infrastruktur. Sebaliknya, kalau infrastruktur di Indonesia tengah dan timur tidak segera dibangun, diperbaiki serta dilengkapi, angkatan kerja baru dari dua wilayah itu akan terus bergerak masuk ke pusat-pusat pertumbuhan di Jawa dan Sumatera.
Maka, membangun pusat pertumbuhan baru adalah solusi lain memerangi kemiskinan. Pun efektif memperkecil ketimpangan antarwilayah. Mudah-mudahan, masalah ini masuk dalam agenda para Capres yang bakal diusung oleh partai pemenang pemilu, maupun gabungan partai-partai yang lolos ambang batas pemilu legislatif 9 April 2014 yang lalu.
Indonesia hebat, hanya bisa diwujudnya apabila dipimpin oleh orang hebat. Pertanyaan, apakah kita sudah memiliki calon pemimpin (capres/cawapres) yang hebat? Hebat karena rekam jejak dan jam terbangnya. Bukan hasil olahan pencitraan habis-habisan seperti pemimpin sebelumnya. Semoga kali ini rakyat Indonesia tidak lagi salah memilih presidennya.
Penulis adalah Anggota Komisi III DPR RI/Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia dan Presidium Nasional KAHMI 2012-2017
Komentari tentang post ini