Karena itulah, tandas dia, bagaimana para pastor itu menghidupakan kembali kunjungan pastoral ke rumah-rumah menjadi hal penting.
Mgr Tarpin mengakui bahwa animo untuk memasuki hdup religius mulai menurun.
Strategi para imam yang perlu dilakukan pertama adalah bagaimana hidup para imam sendiri menjadi sesuatu yang menarik.
“Saya ingat amanat dari Paus Fransiskus bahwa kita sebagai kaum religius harus menampilkan wajah sukacita karena pengalaman perjumpaan dengan Kristus. Itu yang seharusnya dipancarkan oleh para imam untuk menarik minat umat memenuhi panggilan hidup membiara,” kata Mgr Tarpin.
Kedua, imam memang harus punya strategi untuk mempromosikan panggilan itu sendiri dan mencari daerah-daerah yang masih banyak memiliki orang muda yang tertarik untuk menjadi imam. “Sepeti kami di OSC itu kami banyak menerima panggilan dari Sumatera, dan Pulau Nias,” jelasnya.
Blessing in disguise pandemi
Menyinggung Covid-19 yang melanda dunia selama 2 tahun terakhir termasuk di Roma, Italia, Mgr Tarpin memandang bahwa pandemi justru sebuah blessing in disguise.

Menurut dia, pandemi telah memunculkan berbagai bakat terpendam para imam di Biara OSC khususnya. Pengalaman selama pandemi membuat Mgr Tarpin dan para biarawan pandai memasak.