JAKARTA-Kehadiran pertambangan di Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) lebih banyak mudharatnya (merusak) daripada manfaatnya. Banyak perusahan tambang yang beroperasi di sekitar lahan pertanian warga, menghancurkan hutan, bahkan mengancam pemukiman warga. Tetapi persoalannya, aktivitas perusahan-perusahan itu sepertinya luput dari perhatian publik, juga media massa. Hal ini dikatakan peneliti dari Komisi Justice, Peace and Integrity of Creation Ordo Fratrum Minorum (JPIC-OFM), Pastor Mike Peruhe OFM dalam sebuah diskusi di Kantor JPIC-OFM, Jakarta, Kamis (22/8).
JPIC-OFM adalah lembaga katolik yang selama beberapa tahun terakhir, aktif mengadvokasi persoalan pertambangan di Manggarai, bekerja sama dengan Keuskupan Ruteng dan lembaga terkait.
Pastor Mike bersama tim JPIC-OFM baru saja melakukan studi selama tiga setengah bulan di kampung-kampung di Mangarai pada Maret hingga pertengahan Mei lalu untuk menggali persoalan tambang, respon masyarakat setempat dan juga konflik yang kemudian muncul pasca kehadiran tambang. “Selain menghancurkan lahan-lahan para petani, kehadiran tambang juga menghancurkan relasi sosial dalam masyarakat, juga adat-istiadat dan budaya yang sudah lama dipelihara”, kata Pastor Mike.
Komentari tentang post ini