Dia mencontohkan, bagaimana perusahan tambang mengintervensi pemilihan tu’a teno, tokoh adat yang berperan penting dalam pembagian tanah ulayat. “Pihak perusahan bisa menghasut warga di sebuah kampung agar seorang tu’a teno yang menolak kehadiran perusahan, bisa diganti. Mereka bisa menunjuk tu’a teno yang ramah terhadap kehadiran perusahan tambang,” ujar dia.
Fenomena seperti ini, kata Pastor Mike, ditemui di beberapa wilayah tempat penelitian mereka. Beberapa perusahan tambang yang masih beroperasi di Manggarai antara lain PT Global Komoditi Asia, PT Aditya Bumi Pertambangan, PT Manggarai Manganese, dan lain-lain.
Masyarakat di Manggarai Raya (sebutan untuk tiga kabupaten: Manggarai, Manggarai Timur dan Manggarai Barat) mayoritas sebagai petani. Karena itu, kehadiran pertambangan membuat mereka tercerabut dari lingkungan pertanian.
Dia menjelaskan, dalam pertemuan dengan warga masyarakat lokal, lewat wawancara langsung, Forum Disscussion Group (FGD), masyarakat mengaku, sebenarnya menolak tambang. “Tetapi perusahan bisa mengadu domba masyarakat di satu kampung. Sehingga ketika dalam kampung itu, masyarakat sudah tidak satu suara, maka mereka bisa menguasai masyarakat yang tolak tambang”, katanya.
Komentari tentang post ini