SURABAYA-Produksi gula nasional terus mengalami defisit.
Berdasarkan data Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pangan, ID Food, produksi gula dalam negeri hanya mampu mencapai 2,4 juta ton.
Padahal kebutuhan konsumsi dalam negeri sebesar 7 juta ton.
“Kalau tak dilakukan (perbaikan) dengan mesin yang lama itu pasti (kualitas) rendemen tebu itu pasti akan terpengaruh oleh pabrik yang menggunakan fasilitas lama,” kata Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Sarmuji di Surabaya, Rabu (21/2/2024).
Lebih jauh Sarmuji mendorong pemerintah agar dapat mengembangkan varietas tebu serta meningkatkan produksi gula.
Selain itu, perpu perbaiki tata kelola pertanian tebu agar target swasembada gula pada tahun 2028 dapat tercapai.
“Kita dorong supaya ada varietas baru yang bisa ditanam dengan hasil yang lebih baik,” ungkap Sarmuji lagi.
Menurut Sarmuji, bahwa tata kelola pertanian juga diperbaiki serta para petani diedukasi bagaimana mengelola lahan dengan baik untuk jangka panjang.
Sehingga target swasembada gula pada tahun 2028 dapat tercapai.
Lebih lanjut, ia mengatakan saat ini ada ada beberapa persoalan untuk swasembada gula, baik di sisi off-farm maupun on-farm.
Menurutnya, masalah utama di on-farm yaitu kualitas pertanian tebu yang menurun dan bibitnya tidak sebagus dulu lagi.
Sedangkan, dari sisi off-farm, Komisi VI meminta harus ada perbaikan fasilitas pabrik gula.
“Karena itu perlu ada perbaikan-perbaikan guna merealisasikan target yang diinginkan pemerintah,” jelas Politisi Fraksi Partai Golkar ini.
Namun, ia menjelaskan kendala lain yang terjadi yaitu tanah yang ada saat ini sebenarnya sudah dieksploitasi semaksimal mungkin dan diberi pupuk berlebihan dengan bermacam-macam varian.
Sehingga, perlakuan tersebut dalam jangka panjang mengakibatkan produksi menurun.
Oleh karena itu, tegasnya, perlu adanya pembinaan dari PT Perkebunan Nusantara (PTPN), khususnya pabrik gula bagaimana menanam tebu dengan produksi yang bagus disertai dengan varietas yang baik juga.
Komentari tentang post ini