JAKARTA—Kebijakan pemerintah soal subsidi BBM dirasakan sudah tidak relevan lagi saat ini. Alasannya, subsidi BBM justru dinikmati oleh kelas menengah ke atas yang tergolong mampu. “Subsidi seharusnya diberikan kepada orang bukan barang, namun sebelum kebijakan mencabut subsidi BBM juga harus diperhatikan faktor inflasi dan implikasinya kepada rakyat miskin,” kata pengamat ekonomi, Aviliani dalam diskusi “Wacana Kenaikan Harga BBM”, bersama anggota Komisi VII DPR Satya W Yudha dan anggota DPD RI, Poppi Dharsono di Jakarta,Rabu,(10/4)
Anggota KEN, Avilias mengaku sudah memberikan masukan soal dampak negatif dan positif soal kebijakan kenaikan BBM bersubsidi. Masalahnya tinggal mau dijalankan atau tidak masukan tersebut. “Saat ini sudah tidak ada lagi waktu untuk melakukan perdebatan panjang. Karena memang sekitar 50% orang mampulah yang menikmati subsidi BBM,” ujarnya.
Menurut pengamat ekonom ini, bila harga BBM bersubsidi dinaikkan Rp500/liter, maka penghematan yang didapat sekita Rp60 triliun. Namun kalau naik Rp1000/liter, hanya sekitar Rp63 triliun. “Jadi tidak significant mengerek inflasi,” tegasnya