Selain berinvestasi pada reksa dana, lanjut Juni, saat ini target investasi pada instrumen di pasar modal hanya menyasar sukuk korporasi dengan rating idAAA.
“Sukuk korporasi yang kami ambil hanya yang memiliki rating Triple A, karena diyakini keamanannya. Secara historis, pembayaran (pokok) maupun pembayaran nilai manfaatnya tidak pernah ada default. Kami juga mengambil sukuk korporasi yang dikeluarkan oleh institusi dengan historis baik. Tetapi, itu pun jumlahnya tidak besar seperi SBSN,” paparnya.
Lebih lanjut Juni menyebutkan, per 31 Desember 2020 jumlah liabilitas BPKH sebesar Rp134,94 triliun atau lebih besar dibanding per 31 Desember 2019 senilai Rp120,25 triliun.
Sedangkan, jumlah aset neto hingga akhir Desember 2020 tercatat Rp10,83 triliun atau lebih besar dibanding per akhir Desember 2019 yang senilai Rp4,98 triliun.
“Di dalam investasi, kami tidak menemukan adanya investasi yang mempunyai credit risk. Jadi, saat ini semuanya aman investasinya yang memang di surat berharga saat ini 90 persen lebih. Kemudian ada di investasi lain berupa reksa dana, penempatan di BPS-BPIH dan penempatan di luar negeri,” katanya.
Komentari tentang post ini