Pola lama tersebut sangat jelas terlihat pada tahapan proses Pilkada 2018.
Tidak lama terpilihnya Airlangga Hartarto menjadi Ketum, Golkar menarik dukungan dari Ridwan Kamil (RK) yang sebelumnya sudah mendapat rekomendasi dari Golkar masa rezim Setya Novanto memimpin Golkar.
Penarikan rekomendasi terhadap Ridwan Kamil masih rasional karena memang ada perbedaan rezim kepemimpinan dari Setya Novanto ke Airlangga Hartarto.
Tetapi yang jelas, Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto, ada konsistensi komunikasi politik yaitu menyatakan tetap mengusung, mendukung dan memenangkan Jokowi (saya sebut sebagai kerja politik 3M-J) menjadi presiden dua periode.
Konsistensi kerja politik 3M-J ini sejatinya harus inline dengan kebijakan dan perjuangan politik pada semua tahapan Pilkada 2018, termasuk di dalamnya membangun koalisi mengusung balon di seluruh Indonesia pada Pilkada 2018.
Sebab, kawan bersaing terkait dengan Pilkada 2018 telah membentuk poros baru, koalisi dari tiga partai yaitu Gerindra, PAN dan PKS. Tentu ini bisa jadi sebagai embrio koalisi pada Pileg dan utamanya Pilpres 2019
Komentari tentang post ini