Kemenkop UKM menargetkan pada 2024 akan ada 114 koperasi yang nantinya dapat menerima pendampingan ini.
Terdapat 15 tema yang dirancang dalam pendampingan ini, mulai dari manajemen bisnis, akuntansi dan manajemen keuangan, hingga pemasaran.
Zabadi menjelaskan, para tenaga pendamping diarahkan untuk menyukseskan beberapa program strategis Kemenkop UKM, di antaranya Rumah Produksi Bersama (RPB), seperti RPB sapi di NTT, kulit di Jawa Barat, rotan di Jawa Tengah, dan beberapa RPB lainnya.
Pendampingan ini juga bertujuan mendukung program Minyak Makan Merah (M3) agar nantinya koperasi mampu mengembangkan inovasi produk tersebut.
“Koperasi harus mampu mengimplementasikan ilmu yang didapat dari tenaga pendamping agar mereka dapat menjadi offtaker dan rantai pasok, Lembaga Keuangan Bank (LKB) dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), serta digitalisasi,” kata Zabadi.
Sebelum ditempatkan ke koperasi-koperasi, para tenaga pendamping ini akan mendapatkan pelatihan dari instruktur profesional dari Pusat Pengembangan Akuntansi (PPA) FEB UI, IPB, Indonesia Consortium for Cooperative Innovation (ICCI), dan perusahaan penyedia jasa coaching bisnis UCoach.
Komentari tentang post ini