JAKARTA-Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, pemerintah terus mendukung industri pariwisata di Indonesia. Terutama untuk menjadikan sektor pariwisata menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar di Tanah Air.
“Industri lead and goverment support. Pemerintah melayani industri bukan sebaliknya. Ini patut disyukuri komitmen kuat dari Industri dan harus dijaga oleh semua elemen Pentahelix, ABCGM (Academician, Business, Community, Government, Media). Kemenpar mendukung ASITA,” kata Menpar Arief Yahya disela-sela acara pelantikan pengurus dan rapat kerja nasional (Rakernas) Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) tahun 2019-2024 di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Senin (8/4).
Menpar Arief Yahya memaparkan pertumbuhan pariwisata di Indonesia menjadi salah satu paling tercepat di dunia. Hal itu dilakukan dengan dua cara, yang pertama deregulasi dan yang kedua adalah digitalisasi. Transformasi melalui digital saat ini paling tepat dilakukan karena hampir 70 persen wisatawan ke Indonesia sudah menggunakan digital.
“Di pariwisata, search and share itu 70 persen sudah melalui digital. Sudah tidak lagi bisa mengandalkan walk in service, menyuruh customers datang langsung ke kantor travel agent untuk reservasi tiket dan memilih paket wisata,” ungkapnya.
Peran industri pariwsata yang tergabung dalam ASITA, kata Arief Yahya, sangat berperan untuk menjadikan sektor pariwsata memiliki daya saing.
“Syaratnya Go Digital. Tanpa itu, kita tidak akan bisa bertumbuh makin tinggi. Dan kita sulit bersaing dengan pasar dunia yang semakin ketat,” ujarnya.
Dia menjelaskan, di era digital saat ini telah mengubah perilaku masyarakat yang menginginkan kebutuhan sesuatu serba cepat.
Pernyataan yang disampaikan tidak sembarangan. Menpar merujuk pada data UNDESA tahun 2014. Disebutkan, Asia akan menjadi rumah bagi populasi milenial pada tahun 2030. Sebanyak 57% kaum milenial dunia, ada di Asia pada tahun itu.
Bahkan, UNDESA menyebut negara-negara Asia dengan populasi kaum milenial terbesar pada tahun 2030. Negara-negara itu adalah China dengan jumlah 333 juta orang. Diikuti Indonesia dengan 82 juta anak-anak milenial. Lalu Filipina 42 juta, Vietnam 26 juta, dan Thailand dengan 19 juta kaum milenial.
Komentari tentang post ini