Selain itu, meningkatnya inflasi di negara tujuan ekspor yang mengakibatkan pembatalan dan penundaan order, terutama dari negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.
Padahal, Amerika Serikat merupakan negara utama tujuan ekspor produk funitur dengan kontribusi ekspor lebih dari 50%.
Sedangkan ekspor tujuan negara-negara Eropa secara total berkontribusi sekurang-kurangnya 19% dari total ekspor produk furnitur.
“Pemerintah berupaya tidak tinggal diam menghadapi tantangan-tantangan bagi industri furnitur tersebut. Terobosan yang dilakukan Kemenperin adalah melalui upaya peningkatan market intellegence dan promosi produk ke pasar-pasar non-tradisional, misalnya India dan Timur Tengah,” ujar Dirjen Industri Agro Kemenperin.
Guna meningkatkan kinerja industri furnitur nasional, Kemenperin juga turut mendorong peningkatan penyerapan di pasar domestik, diantaranya melalui intensifikasi upaya Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).
Pada tahun 2022, Kemenperin menyiapkan program sertifikasi Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) gratis untuk 1.250 produk.
Untuk tahun 2023 mendatang, Kemenperin memperjuangkan penambahan anggaran agar jumlah sertifikat TKDN gratis bertambah menjadi 10 ribu produk.
“Langkah tesebut diharapkan menjadi momentum bagi industri furnitur untuk meningkatkan kinerja dan penyerapan produknya di dalam negeri,” jelas Putu.
Putu menyampaikan, dalam upaya meningkatkan kinerja industri furnitur, Kemenperin juga terus berbenah pada perbaikan rantai pasok, substitusi impor, serta program-program peningkatan kapasitas.
“Semua upaya kami intensifkan sebagai wujud keberpihakan pemerintah agar industri dalam negeri dapat berdaulat, maju, dan berdaya saing,” imbuhnya.
Komentari tentang post ini