JAKARTA-Kenaikan harga BBM bersubsidi bisa memaksa Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuannya (BI Rate) sekitar 100-125 basis poin.
Namun sisi positifnya, rupiah dapat menguat seperti 2009 hingga pertengahan 2011, lantara capital inflow yang cukup deras.
“Faktor penentu rupiah bisa menguat adalah seberapa besar intervensi dari Bank Indonesia,” kata Kepala Ekonom Bank Danamon, Anton Gunawan di Jakarta, Rabu (31/10)
Lebih jauh kata Anton, kenaikan BBM bersubsidi diprediksi juga dapat menggerus daya beli masyarakat.
Akibatnya, inflasi dapat mencapai kisaran 9 %, jauh dari prediksi pemerintah sebesar 4,5 %.
“Kalau BBM naik Rp1.500 per liter kita perkirakan tambahan inflasi naik tiga %, artinya bisa mencapai 9 %,” tambahnya.
Menurut Anton, angka tersebut diperkirakan jika ada kenaikan BBM dan didukung oleh melonjaknya harga minyak mentah mencapai USD120 per barel.
“Menurut perhitungan kalau harga minyak sentuh USD115-USD120 per barrel itu (pemerintah) bisa menaikkan harga BBM,” jelas dia.
Namun demikian kata Anton, tanpa kenaikan BBM bersubsidi, ekonomi Indonesia diperkirakan masih akan tumbuh 6,2-6,3 %, dengan inflasi 6 % (tanpa kenaikan harga BBM), BI rate mungkin naik sekitar 25 bps.