JAKARTA-Saham PT Satu Visi Putra Tbk (VISI) tidak mampu menguat secara optimal ke batas auto-rejection atas (ARA) saat memulai transaksi perdana pada perdagangan hari ini di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Direktur Utama VISI, David Dwiputra mengklaim, saat pelaksanaan penawaran umum perdana saham (IPO), VISI bisa mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 210,07 kali, dengan jumlah pesanan sebanyak 30.235 pihak yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia dan sembilan negara.
“Langkah IPO VISI merupakan keputusan penting bagi perusahaan demi terus bertumbuh secara berkelanjutan. Kami berharap dapat membesarkan business size VISI di industri ini, sebagai penyedia bahan m advertising dan printing,” kata David di Jakarta, Selasa (27/2).
Saat melantai perdana di pasar sekunder, saham VISI terpantau dibuka menguat 31,67 persen ke posisi Rp158 dari harga penawaran senilai Rp120 per saham.
Sayangnya, sesaat kemudian harga saham langsung berbalik ke level 122 atau setara dengan penguatan 1,67 persen.
Hingga pukul 9.30 WIB, VISI bertengger di level 144 atau mengalami kenaikan 20 persen, dengan nilai transaksi sebesar Rp52 miliar dan volume transaksi sebanyak 375,79 juta saham.
Dengan posisi saham di level 144, maka market cap VISI tercatat Rp442,8 miliar.
Pada pelaksanaan IPO, perusahaan dengan brand Savitra ini melepas saham ke publik sebanyak 615 juta lembar bernilai nominal Rp25 per saham atau setara 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO.
Dengan harga penawaran umum yang dibanderol Rp120 per saham, maka melalui aksi korporasi ini VISI bisa meraup dana masyarakat melalui pasar modal mencapai Rp73,8 miliar.
Saat pelaksanaan IPO, manajemen VISI menunjuk PT Surya Fajar Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi Efek.
Komentari tentang post ini