Oleh: Uchok Sky Khadafi
Novel bukan sebuah cerita sastra. Novel merupakan sebuah nama yang tercatat sebagai penyidik senior di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Namun Novel saat ini sudah jadi sebuah cerita yang belum tertulis dalam sebuah buku. Cerita Novel itu cerita tragedi, belum ada satupun pengarang yang mau mengkisahkan.
Meskipun begitu, tetap saja perjalanan karir Novel di KPK banyak yang mengangumkan dalam pemberantasan korupsi.
Novel dianggap sang pemberani, siapapun yang ketahuan korupsi, langsung ‘disikat” untuk dijadikan tersangka.
Lihat itu, sudah banyak orang orang dijadikan tersangka koruptor oleh Novel.
Bukan hanya pejabat pejabat kecil, tapi juga bisa menjangkau para menteri sampai para jenderal polisi.
Namun setelah selesai menangani kasus yang melibatkan para jenderal polisi. Novel mulai mengalami tragedi.
Beberapa tragedi harus dilalui. Ketika tragedi pertama menghampiri dirinya, Novel dituduh sebagai pelaku penganiayaan.
Polisi bergerak dengan menyangka Novel sebagai penganiayaan terhadap pelaku pencurian sarang burung walet ketika bertugas di Polrestra Bengkulu pada 2004.
Ternyata kasus penganiayaan kandas begitu saja. Akhirnya, mereka gagal juga untuk memenjarakan Novel.
Novel semakin berani melawan koruptor, dan tetap bertugas sebagai penyidik di KPK.
Meskipun begitu, Novel tetap menjadi target incaran orang orang koruptor yang dendam kepadanya.
Selanjutnya, setelah tragedi pertama bisa dimenangkan oleh Novel. Maka muncul tragedi kedua dalam bentuk serangan balik yang sangat mematikan.
Modusnya, orang orang tidak dikenal mendatangi Novel setelah sholat subuh. Mereka melakukan penyiraman air keras ke Novel Baswedan.
Dan kedua matanya pun terluka parah. Akhirnya mereka tidak berhasil mematikan tapi melumpuhkan Novel, ikon pemberantasan korupsi.
Namun setelah kasus penyiraman Novel terjadi, aparat hukum belum bisa langsung mengungkapkan. Ditunggu selama bertahun tahun, masih belum bisa diungkap siapa pelakunya.
Kasus Novel seperti jejak telapak kaki yang menguap ditelan kegelisahan penyelidikan yang tak tentu arah. Kadang suaranya kedengaran, kadang hilang entah kemana.
Seperti Gasing
Kasus Novel seperti ada yang genggam, jalan di tempat. Kasus Novel seperti gasing, hanya bisa berputar putar sekirar dikantor polisi.
Komentari tentang post ini