Oleh: Bambang Soesatyo
Para sengkuni di lingkar dalam pusat kekuasaan sedang bergerilya. Langsung berevolusi jadi Brutus, para sengkuni di sekitar istana dan Presiden mulai meninggalkan sosok Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Mereka aktif blusukan ke kelompok-kelompok politik yang diprediksi bakal ikut gerbong pemerintah baru.
Kebiasaan buruk muncul lagi menjelang peralihan kekuasaan di negara ini. Kebiasaan atau perilaku menjelek-jelekan presiden dan keluarganya.
Presiden SBY dan keluarga pun tak luput dari situasi seperti itu. Akhir-akhir ini, SBY dan keluarga plus para pembantu terdekatnya mulai dihujani ragam isu tak sedap dan mengganggu kenyamanan mereka.
Ada serangan yang dilakukan terbuka, ada juga yang kasak kusuk menebar cerita tak sedap tentang SBY dan keluarganya.
Sekitar 10 tahun lalu, ketika popularitas SBY memuncak menuju pemilihan presiden tahun 2004, Presiden (saat itu) Megawati Soekarnoputri juga diperlakukan seperti itu.
Ragam isu atau cerita tak sedap berseliweran di ruang publik. Para penebar gosip itu mencoba peruntungan dengan menghancurkan kakakter presiden dan keluarganya, termasuk para menteri.
Akhir-akhir ini, SBY dan keluarga pasti merasakan serangan itu datang bertubi-tubi, terutama untuk serangan yang bersifat terbuka sebagaimana bisa disimak dari pemberitaan media massa.
Namun, yang tak kalah jahatnya adalah serangan berupa kasak kusuk sejumlah orang yang menebar gosip tentang karakter SBY dan keluarganya. Tentu saja gosip itu menggambarkan hal-hal yang serba buruk.
Mengapa dikatakan sangat jahat? Sebab para penebar gosip itu adalah orang-orang yang selama ini justru sangat dekat dengan SBY dan keluarganya.
Bahkan mereka yang selama ini mungkin mendapat kepercayaan ekstra dari SBY sebagai menteri atau kepala lembaga tertentu.
Mereka sebenarnya sangat mudah dikenali. Lihat saja dari sekian banyak menteri dan orang dekat presiden, siapa yang paling kencang menjilat dan menyanjung-nyanjung bahkan seolah rela berkorban dan pasang badan untuk SBY.
Mereka itulah yang selama ini digambarkan sebagai para Sengkuni di sekitar presiden.
Hari-hari ini, SBY dan keluarga mungkin hanya bisa menghitung-hitung siapa sahabat sejati, dan siapa saja yang benar-benar berperilaku Sengkuni.
Mereka yang selama ini kerjanya menjilat, mencari muka mencari peruntungan dengan dan hanya memanfaatkan kedekatan. Hari-hari ini, mereka bermuka dua alias bertopeng.
Tetap manis dan memberi kesan loyal saat berhadapan dengan SBY dan keluarga.
Namun, perangai mereka berubah total, ketika para Sengkuni itu mulai mencari dan membangun akses ke pusat-pusat kekuasaan baru. Pada saat itulah mereka benar-benar beperangai layaknya Brutus, si pembunuh diktator Republik Romawi Julius Caesar.
Komentari tentang post ini