JAKARTA-Pengasuh Pondok Pesantrean Al Mizan, Majalengka, KH Maman Imanulhaq menegaskan kasus kekerasan umat beragama di Jogyakarta pada beberapa hari lalu mendorong pemahamanan baru bahwa di Indonesia lebih baik tidak beragama daripada beragama dengan risiko teraniaya. Cepat atau lambat jika kasus penganiayaan atas agama tidak diselesaikan oleh pemerintah dan pihak aparat, pemahaman baru itu akan muncul di masyarakat Indonesia. “Dan ini sekaligus juga menegaskan bahwa Pancasila tidak ada gunanya diamalkan jika pemerintahpun bersifat permisif atas kekerasan yang terjadi atas nama agama,” ujar KH Maman di Jakarta, Minggu (1/6).
Pernyataan Maman itu terkait dengan penyerangangan dengan tindak kekerasan kepada sekelompok umat Katolik oleh preman berjubah di daerah Mbesi, Jogyakarta dan perusakan Gereja Kristen Jawa di Yogyakarta. “Yang saya lihat kasus kekerasan bernapaskan agama itu ada dua substansi. Yang pertama adalah ini ada kaitannya dengan politik dan yang kedua adalah terkait dengan pemerintah yang tidak tegas atas kekerasan yang mengatasnamakan agama di manapun berada. Negara sering tidak hadir dalam kasus-kasus kekerasan atan nama agama. Jika pemerintah tegas dalam bertindak dan mengatasi kekerasan dengan atas nama agama, persoalan seperti ini akan selesai. Tidak berlarut-larut. Tidak mewabah” ujar Caleg PKB yang lolos ke Senayan ini.