Setelah Jokowi menjadi Walikota Surakarta, atas anjuran salah satu tetangganya yang bekerja di Balaikota Surakarta, Mudhakir mencoba bersilaturahim ke Loji Gandrung, rumah dinas Walikota Solo. Mudhakir saat itu mengajak serta anak istriya, sembari berjalan-jalan di kota Solo.
Namun karena tidak membuat janji lebih dulu, ia pun gagal bertemu Jokowi. Penjaga rumah dinas mengatakan, Jokowi sedang tidak ada di rumah.
“Setelah itu saya hanya berusaha ‘nyambung’ dengan doa yang–insya Allah— akan selalu saya panjatkan sampai kapan pun. Bukan hanya untuk beliau (Jokowi) saja, tapi juga untuk seluruh peserta privat mengaji lainnya, yang saya yakin menjadi salah satu sebab Allah memberi anugerah dan rezeki untuk kami sekeluarga,” kata ayah tiga anak ini.
Mudhakir tidak mengira, Jokowi yang dulu pernah belajar mengaji Al Quran kepadanya – Mudhakir lebih suka memakai istilah “membersamai” daripada mengajar — akhirnya menjadi Walikota, Gubernur, bahkan Presiden.
“Karena yang saya tahu, saat itu beliau sepertinya tidak memiliki ambisi kekuasaan (hubburriyaasah),” kata Mudhakir.
Meski begitu, Mudhakir mengaku sangat bersyukur bahwa orang yang pernah ia kenal dekat itu sekarang menjadi orang penting di negeri ini.
“Kami bersyukur, Pak Jokowi yang pernah kami bersamai belajar mengaji Al Quran, kemudian diberi anugerah dan amanah dari Allah SWT untuk menjadi pemimpin. Harapan kami, beliau tetap istiqomah untuk memperjuangkan keadilan dan kesetaraan untuk seluruh warga bangsa,” kata Mudhakir.
Tak disangka, harapan Mudhakir untuk bertemu Jokowi akhirnya tanpa sengaja bisa terkabul tahun lalu. Saat itu bertepatan dengan momen Halal Bihalal Kebangsaan PCNU Se-Jawa Tengah, di Semarang, yang juga dihadiri Presiden Jokowi. Mudhakir ikut datang sebagai perwakilan PCNU Sukoharjo.
Saat Jokowi menyalami para hadirin dan tiba pada giliran menyalami dirinya, ternyata Jokowi masih ingat dengan Mudhakir. “Sakmeniko wonten pundi Njenengan (sekarang di mana Anda)?” sapa Jokowi pada Mudhakir.
Mudhakir pun menjawab, “Ten (di) Sukoharjo, Pak.”
Alhamdulillah, kata Mudhakir berkali-kali, setelah 16 tahun tidak berjumpa, ternyata Jokowi masih ingat dengan dirinya yang hanya orang kecil.
Jokowi, di mata Mudhakir, tetap rendah hati dan bersahaja seperti dulu ia pernah mengenalnya. Padahal Jokowi yang sekarang bukan lagi sekadar pengusaha mebel di kota kecil Solo, melainkan sudah menjadi orang paling berkuasa di Republik ini. (*)
tulisan ini diambil dari https://jokowidodo.app/post/detail/kisah-ustad-mudzakir-mengajar-ngaji-Jokowi
Komentari tentang post ini