Oleh: MH Said Abdullah
Banyak pihak, termasuk saya meyakini tahun 2020 ini penuh dengan tantangan. Pangkalnya merebaknya penderita covid 19, penyakit gejalanya mirip flu yang di sebabkan oleh virus corona ke berbagai negara.
Celakanya, oleh berbagai media mainstream, baik media internasional maupun nasional, virus corona telah di frame menjadi hantu global.
Akibatnya, kepanikan dunia tak terhindarkan, bahkan saat Presiden Joko Widodo mengumumkan adanya pasien suspect covid 19 dibarengi dengan berbagai aksi borong sembako dan masker sebagian warga.
Per awal Maret lalu, seperti yang di rilis Global Cases by John Hopkins CSSE, virus corona telah menyebar hingga kelebih dari 75 negara. Jumlah kasus suspect covid 19 di seluruh dunia telah mencapai 92.860 kasus dengan korban meninggal sebanyak 3.162 orang.
Saya mengharapkan, kita didalam negeri tidak perlu panik. Pemerintah perlu kerjasama dengan banyak pihak untuk mencegah dan mengatasinya. Sejatinya, di dalam negeri sendiri kita juga menghadapi ancaman serius berbagai penyakit yang tidak kalah mematikannya, dimana energy kita juga tidak boleh lengah karena media semata-mata sedang menebar hantu tentang virus corona.
Data UNAIDS tahun 2017, sebanyak 36,9 juta penduduk dunia mengidap HIV AIDS, dan yang menyedihkan 1,8 juta diantaranya adalah anak-anak dibawah usia 15 tahun. Di Indonesia sendiri diperkirakan pengidap HIV AIDS berjumlah 620.000 orang.
Rilis Kemenkes 2019 menyebutkan prevalensi penyakit TBC di Indonesia sekitar 142 per 100.000 penduduk. Dan Kasus baru TBC mencapai 842.000 per tahun dan ini diperkirakan baru mencapai 46 persen dari total kasus yang diperkirakan.
Beberapa data juga menyebutkan 250 – 300 orang di Indonesia meninggal tiap hari karena TBC. Sebagai negara di kawasan tropis, Indonesia juga menghadapi ancaman Demam Berdarah Dengue (DBD).
Berdasarkan data sementara yang dihimpun Kementerian Kesehatan dari awal tahun hingga 29 Januari 2019, jumlah penderita DBD yang dilaporkan mencapai 13.683 orang di seluruh Indonesia, dan sebanyak 133 diantaranya meninggal.
Kejadian ini melonjak jika dibandingkan dengan tahun 2018. Pada awal tahun 2018 penderita DBD 6.800 orang dengan jumlah kematian sebanyak 43 orang.
Poin saya, didalam negeri sendiri kita menghadapi “hantu senyap” yang butuh kerjasama banyak pihak untuk mengatasinya.
Tentu kita tidak mengharapkan jumlah pasien dan korban akibat virus corona makin bertambah, melampaui jumlah korban TBC, HIV AIDS ataupun DBD di seluruh dunia.
Usaha dan doa kita malah mengharapkan wabah global ini segera sirna. Sebab banyak peradaban hilang salah satu akibatnya juga karena wabah penyakit.
Komentari tentang post ini