Syarif mengatakan, pinjaman usaha di sektor perikanan dan kelautan memang lebih besar terutama di sektor usaha masyarakat pesisir.
“Seperti wisata bahari ini kan penyewaan kapal, mengantar wisatawan ke pulau-pulau kecil, pinjamannya memang besar,” kata dia.
Realisasi pinjaman terbesar disalurkan kepada sektor perikanan budidaya dengan nilai Rp394,9 miliar, diikuti sektor penangkapan ikan Rp248,6 miliar dan sektor pengolah dan pemasar hasil perikanan sebesar Rp169,8 miliar.
“Lalu tahun ini memang ada tambahan pinjaman baru Rp600 miliar,” kata Syarif.
Syarif melanjutkan, saat ini pelaku usaha sektor perikanan dan kelautan telah memiliki perhitungan risikonya sendiri sehingga perbankan tidak perlu khawatir ketika menyalurkan pinjaman.
Menurutnya, non performing loan (NPL) di sektor ini hanya sekitar 3 persen saja.
“Jadi 97 persennya tidak bermasalah. Orang-orang inilah yang jadi target LPMUKP,” tuturnya.
Selain itu, pelaku usaha di sektor kelautan dan perikanan kebanyakan berskala mikro dan kecil, dengan porsi 85 persen.
Tentu, pendanaan yang mudah akan membantu pengembangan bisnis mereka.
Apalagi, potensi sektor kelautan dan perikanan cukup besar.
Jika sarana produksinya tidak memadai, maka pertumbuhan sektor ini tidak akan optimal ke depannya.