Pemerintah memacu produksi dan pengembangan industri baja nasional untuk memenuhi kebutuhan sektor-sektor seperti otomotif, perkapalan maupun perkeretaapian.
“Sehingga kita tidak perlu lagi impor,” kata Airlangga.
Selain di Cilegon, kawasan industri berbasis baja dibangun Batulicin, Kalimantan Selatan. Kawasan industri seluas 955 hektare ini diproyeksikan bisa menyerap 10 ribu tenaga kerja. Saat ini sudah ada industri baja yang beroperasi di kawasan yang dilengkapi dengan pelabuhan kapal feri itu, yakni PT Meratus Jaya Iron and Steel.
Proyek selanjutnya adalah pembangunan industri berbasis nikel dan baja tahan karat di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah.
Realisasi investasi untuk kawasan ini sepanjang 2015-2017 mencapai Rp80 triliun dan ditargetkan meningkat menjadi Rp105 triliun pada 2019. Kawasan industri seluas 2.000 hektare itu ditargetkan menghasilkan empat juta ton stainless steel per tahun, dan baja karbon empat juta ton per tahun.
Airlangga menjelaskan pula bahwa industri baja dikategorikan sebagai sektor induk karena produknya merupakan bahan baku utama bagi kegiatan manufaktur di sektor industri lainnya.
Komentari tentang post ini