SURABAYA-Istri Capres Nomor urut 03, Ganjar Pranowo, Siti Atiqoh Supriyanti menuding pemerintah telah lalai dalam menangani kasus polio di Indonesia, sehingga mengakibatkan Indonesia kembali dalam status Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio.
Hal ini dipicu oleh sikap pemerintah yang hanya fokus pada penanganan Covid 19, sementara kampanye vaksin polio kepada masyarakat diabaikan.
Hal tersebut disampaikan Atiqoh saat berbicara dihadapan ribuan perempuan Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) dalam acara Istigosah Kebangsaan di Jatim Expo Surabaya, Jumat (19/1).
“Kita semua (pemerintah) kemarin lengah ketika pandemi covid, cakupan imunisasi polio sangat rendah. Akibatnya jumlah penderita meningkat. Padahal tahun 2026, Indonesia targetkan bebas dari polio,” ujarnya dengan mimik wajah kecewa.
Atikoh mengungkapkan, pada tahun 2014, Indonesia telah mendapatkan sertifikat bebas polio dari WHO karena berhasil menanggulangi penyakit yang diakibatkan oleh virus polio liar.
Status bebas polio ini masih berlaku hingga sekarang. Meskipun sudah dinyatakan bebas, surveilans untuk kasus lumpuh layu (flaccid paralysis) terus dilakukan. Dan ditemukan di sejumlah daerah seperti di Jakarta, Aceh, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Karena kembali merebak, hingga lagi-lagi mendapatkan status darurat polio dari WHO, penanganan polio menjadi salah satu target utama pasangan nomor urut 03 Ganjar Pranowo- Mahfud MD.
Kata Atiqoh, Ganjar-Mahfud akan membawa Indonesia menuju Indonesia Emas 2045.
Syaratnya harus bebas penyakit polio di dalam negeri. Ganjar-Mahfud akan memanfaatkan sumber daya manusia di bidang kesehatan untuk bersama-sama menuntaskan masalah polio ini.
Kasus polio harus secepatnya diatasi. Sebab, banyak kasus polio yang tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Gejalanya bahkan ringan seperti orang kedinginan atau lelah, badan panas, sendi nyeri-nyeri dan lain-lain.
“Kita mau bicara masalah Indonesia Emas, tentu SDMnya harus unggul. Jangan sampai anak-anak kita, karena kita ceroboh, lupa mengingatkan orang tua, karena begitu lahir harus langsung mendapatkan imunisasi polio yang tetes sampai usia 9 bulan empat kali. Setelah itu, imunisasi suntik umur 1 tahun. Ternyata jika ada kejadian ini berarti mungkin coveragenya belum memadai. Ini tugas kita bersama, bersama-sama menyelesaikan ini,” katanya.
Komentari tentang post ini