Master administrasi bisnis dari Pennsylvania State University, Amerika Serikat, yang pernah berkarya di tiga benua sebagai eksekutif multinasional industri makanan jadi ini menekankan, betapa pun majunya digitalitasi komunikasi.
“Sentuhan personal kepada para pengurus dan anggota di berbagai wilayah tanah air, terutama di wilayah-wilayah yang jarang tersentuh selama ini, rasanya patut kami prioritaskan, “ Lusi menambahkan.
Anggota Presidium II, Kho Hwie Hong juga bukan wajah baru di Dewan Pimpinan Pusat WKRI.
Selama lima tahun terakhir, ibu dua putri ini adalah Wakil Sekretaris Jenderal.
Alumna Universitas Katolik Atma Jaya Yogyakarta selama satu dekade lebih berkarya di WKRI Kelapa Gading ke lingkar Dewan Pengurus Pusat.
Tugas di Kesekjenan membawa ibu dua puteri ini ke banyak arena koordinasi.
Dia giat menjadi jembatan penghubung pusat dan daerah agar garis komunikasi DPP – DPD – Cabang – Ranting tidak terputus dan makin bertumbuh di masa depan.
Juga, memastikan hubungan Wanita Katolik RI lintas-ormas dan lintas-kerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan yang senafas perjuangan dengan Wanita Katolik RI.
“Di sini penting sekali komunikasi berbasis asah-asih-asuh kami kedepankan. Ini fondasi WKRI, yang ditopang oleh semangat subsidiaritas dan solidaritas,” ujar Hong.
Ketiga pemimpin baru ini bersepakat menggagas kerja 100 hari pertama dengan beberapa agenda prioritas.
Antara lain, memaksimalkan kepemimpinan kolektif-kolegial dengan menggunakan elemen organisasi secara efektif.
“Kami akan melakukan koordinasi dan konsolidasi rutin dengan para pimpinan daerah,” Elly menekankan.
Presidium baru ini juga menegaskan, hasil-hasil Kongres XXI dan turunannya akan segera disosialisasikan ke para pengurus daerah.
“Ini perlu komunikasi terbuka, efektif, cepat, transparan,” Lusi dan Hong menambahkan.
Komentari tentang post ini