Namun, risiko pandemi COVID-19 tetap perlu terus dicermati.
“Ke depan, BI memprakirakan perekonomian yang menurun pada 2020 akan kembali membaik pada 2021,” jelasnya.
Dia mengatakan pertumbuhan ekonomi diprakirakan menurun pada kisaran 0,9%-1,9% pada 2020 dan kembali meningkat pada kisaran 5%-6% pada 2021.
Pertumbuhan tersebut disertai dengan inflasi yang terjaga dalam sasarannya 3,0%±1%.
Sementara itu, defisit transaksi berjalan diprakirakan sekitar 1,5% PDB pada 2020 dan di bawah 2,5%-3,0% PDB pada 2021.
BI ujarnya tetap melihat ruang penurunan suku bunga seiring rendahnya tekanan inflasi, terjaganya stabilitas eksternal, dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dalam Rapat Dewan Gubernur 17-18 Juni 2020, BI memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,25%, melanjutkan kebijkakan stabilisasi nilai tukar Rupiah dan pelonggaran likuiditas (quantitative easing), serta memberikan jasa giro kepada bank sebesar 1,5% per tahun.
Komentari tentang post ini