SURABAYA-Krisis ekonomi masih terus membayangi Indonesia di penghujung 2013 bahkan diperkiarakan akan terus berlanjut hingga pada tahun 2014.
Krisis ekonomi tidak terelakan setelah pemerintah tidak melakukan langkah drastis dalam memulihkan ekonomi.
Hal ini sudah hampir pasti akan terus menekan nilai tukar Rupiah.
Pengamat Ekonomi Center of Reform on Economics (CORE) Henry Saparini mengatakan merosotnya nilai tukar akan membebani ekonomi rumah tangga karena banyaknya komoditas, bahkan hingga kebutuhan dasar seperti beras dan garam, yang diimpor sehingga menguras devisa nasional.
Pada minggu kedua bulan Desember 2013, nilai tukar Rupiah terhadap US dollar tembus Rp 12.250.
“Dulu sebagian dari kita merasa senang dengan merosotnya nilai tukar karena membuat kinerja ekspor yang lebih baik akibat selisih kurs dan permintaan yang meningkat. Namun, dengan krisis yang masih terjadi di Eropa, pasar ekspor Indonesia menyusut drastis sehingga penurunan nilai Rupiah urung menjadi “blessing in disguise” bagi rakyat Indonesia”, ujarnya, Senin (23/12).
Komentari tentang post ini