Oleh: Masyita Crystallin
Kemarin menandai lelang pertama obligasi setelah pemilihan umum pada 17 April, yang hasilnya menunjukkan kemungkinan Presiden Jokowi terpilih kembali, sesuai harapan. Hasil positif ini, ditambah dengan data neraca perdagangan, yang membesarkan hati, mendukung rupiah, yang telah menguat sejak awal bulan. Rupiah menguat 1% antara 1 hingga 23 April, bertolakbelakang dengan JPM EMCI, yang turun 0,2% pada periode sama.
Rupiah mendapatkan dukungan tambahan dari perbaikan neraca perdagangan, yang mencatat surplus dalam dua bulan terakhir (19 Februari sebesar 330 juta dolar AS dan 19 Maret sebesar 540 juta dolar AS). Namun, perbaikan ini bisa berubah karena ekspor cenderung melambat sementara harga minyak naik, membebani impor. Namun, kami berpendapat bahwa neraca perdagangan secara keseluruhan dan transaksi berjalan kemungkinan akan membaik pada 2019 dibandingkan dengan 2018 karena depresiasi rupiah pada akhirnya akan berimbas pada harga dan permintaan impor.
Ekuitas menguat tipis setelah Pemilu dan kembali ke tingkat sebelum penghitungan suara, di level 6.414, pada 22 April. Seperti halnya ekuitas, dampak Pemilu terhadap kurs relatif melunak. Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun turun sebesar 13 basis poin (bps) antara 12 April hingga 18 April, tetapi sejak itu meningkat sebesar 10 bps per 22 April. Antisipasi penurunan suku bunga tercermin dalam peningkatan jumlah segmen kurva 6 bulan/10 tahun sejak 16 April.