“Per September 2024 demand dari retail drop 5%. Jadi dengan demand-nya drop 5%, harga juga terkoreksi sehingga mempengaruhi performa 2024,” kata Donny dalam rapat bersama Komisi VI DPR RI, Rabu (4/12/2024).
Padahal menurutnya selama ini sekitar 70% sumber pendapatan perusahaan berasal dari penjualan semen di tingkat ritel, bukan penjualan produk untuk proyek pembangunan tertentu.
Sehingga total pendapatan bruto perusahaan ikut turun hingga 5%, dari Rp 27,66 triliun 2023 menjadi Rp 26,29 pada 2024.
“Volume itu turun 4% dan pendapatan bruto yang turun 5%, meskipun kita manage biaya operasi, tapi penurunan dari sisi volume dan harga ini yang menyebabkan kinerja keuangan jauh lebih rendah dibandingkan tahun yang sebelumnya,” terangnya.
Pada akhirnya, perusahaan mencatatkan laba operasional perusahaan per September 2024 hanya Rp 1,88 triliun.
Jumlah ini tercatat mengalami penurunan hingga 44% jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai Rp 3,36 triliun.***
Komentari tentang post ini