Laporan tersebut menyebutkan bahwa bertanam kelapa sawit telah menjadi mata pencaharian utama para petani kecil swadaya (lahan 2-5 hektar) di Berau.
Namun, hal itu tidak cukup untuk menutupi biaya hidup minimal mereka. Selain itu, ketergantungan berlebih terhadap perkebunan sawit sebagai sumber penghidupan juga menimbulkan berbagai risiko ekonomi bagi petani seperti fluktuasi harga jual sawit yang tidak stabil, rendahnya produktivitas lahan karena risiko iklim, dan kurangnya modal usaha.
“Kami menemukan bahwa menjual sawit saja tidak cukup untuk menghasilkan pendapatan yang layak bagi petani kecil di Berau dan hanya dapat menghasilkan pengembalian investasi pada tingkat yang jauh di bawah upah minimum di wilayah tersebut,” kata Tiza Mafira, Associate Director CPI Indonesia.
Menurut Tiza, kebun kelapa sawit seluas dua hektar disana hanya menghasilkan pengembalian 439 persen lebih rendah, atau 4.4 kali lipat lebih rendah, dari upah minimum dan pendapatan per kapita
kabupaten kabupaten Berau berdasarkan pemodelan keuangan selama 25 tahun.
Komentari tentang post ini