BI menilai lebih baik untuk bersikap pruden, karena stabilitas Rupiah berdampak positif bagi ekonomi dengan menjaga stabilitas harga (dengan mengurangi imported inflation), mendukung sektor manufaktur padat karya dengan porsi impor bahan baku tinggi, dan menjaga stabilitas pasar finansial dengan menarik arus dana ke pasar domestik.
Ke depannya, konsensus pasar memperkirakan BI akan bergerak lebih konservatif dibanding The Fed, dengan The Fed diperkirakan menurunkan suku bunga di kisaran 200 bps hingga akhir 2025, sementara BI di kisaran 100 bps di periode sama.
Memasuki siklus pemangkasan suku bunga, bagaimana kinerja pasar obligasi Indonesia dalam siklus pemangkasan suku bunga Bank Indonesia?
 Di AS, secara historis terdapat dua skenario penyebab suku bunga dipangkas, karena inflasi sudah terkendali, atau merespon kondisi negatif di ekonomi yang membutuhkan dukungan kebijakan moneter seperti kondisi resesi atau krisis.
Tapi di Indonesia, pemangkasan suku bunga BI merupakan sinyal bahwa makroekonomi domestik dalam kondisi yang kondusif, biasanya inflasi terkendali, atau Rupiah stabil. Maka dari itu pasar cenderung positif pada periode pemangkasan suku bunga BI.
Kalau dilihat secara historis di periode 2011-2020 terdapat empat kali siklus pemangkasan suku bunga, di mana pasar obligasi secara rata-rata mencatat kinerja positif.