Pelaksanaan IFCC ini salah satunya karena melihat potensi Indonesia yang menduduki posisi ke-4 sebagai produsen alas kaki di dunia setelah China, India, dan Vietnam.
“Selain itu, kita menjadi negara konsumen sepatu terbesar ke-4 dengan konsumsi 886 juta pasang alas kaki,” ungkap Gati.
Kemenperin mencatat, sepanjang 2020, nilai ekspor industri alas kaki mengalami peningkatan sebesar USD4,8 miliar dibandingkan 2019.
Kemudian, pada Januari 2021, nilai ekspornya sebesar USD490 juta, meningkat 15,54 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.
“Pasar utama produk alas kaki Indonesia adalah ke Amerika Serikat. Selanjutnya, enam pasar terbesar lainnya adalah China, Belgia, Jerman, Jepang, Kanada, dan Italia.,” sebut Gati.
Menurutnya, agar produk alas kaki Indonesia lebih kompetitif dengan produk sejenis dari luar negeri, para pelaku industri dalam negeri perlu berkolaborasi dengan desainer dan memanfaatkan teknologi terkini.
“Teknologi sangat penting untuk diterapkan di sektor industri, termasuk industri alaskaki.Digitalisasi sangat bermanfaat untuk mendorong kreativitas di dunia industri,” ujar Gati.
Komentari tentang post ini