Oleh: Uchok Sky Khadafi
Tantangan debat soal utang negara dari Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan (LBP) sebaiknya tidak usah diladenin oleh siapapun.
Soalnya, hanya menghabiskan energi dan pikiran saja. Sebab, debat itu tidak akan menghasilkan apa-apa.
Selanjutnya, sebuah tantangan berdebat dengan LBP itu tidak seserius wajahnya.
Coba ikuti pernyataan-pernyataan ini. Hari ini LBP mengeluarkan tantangan debat.
Lalu besok direvisi dengan seenaknya saja oleh Juru Bicara (Jubir) Menko Maritim dan Investasi, bahwa LBP bukan menantang tapi mengajak duduk bareng untuk diskusi konstruktif.
Supaya bisa menjadi feedback yang bermanfaat bagi pembangunan Indonesia. Tuh-kan. Belum saja tantangan debat terlaksana, tiba-tiba sudah ada revisi atas sebuah statemen.
Dan revisi dari tantangan ke diskusi benar benar memperlihatkan ketidak seriusan. Jangan-jangan hal seperti ini disengaja agar membikin publik pusing tujuh keliling.
Supaya tidak bisa membedakan mana yang main sandiwara dan mana pernyataan yang benar. Mana yang punya jabatan Menko, mana yang hanya punya jabatan Jubir.
Namun yang harus digarisbawahi dan tidak bikin puyeng publik adalah kekuasan yang luar biasa yang dimiliki oleh seorang Jubir atas seorang menteri.
Dimana jubir dapat secara langsung meralat pernyataan Menko yang berpangkat Jenderal, secara terbuka ke publik.
Hal ini memperlihatan bahwa yang benar itu seorang Jubir bukan seorang menteri. Benar-benar keren jabatan seorang Jubir.
Sepertinya jabatan Jubir di jajaran Menko Kemaritiman dan Investasi lebih hebat daripada Jubir Presiden Jokowi, Fadjroel Rachman.
Dimana Jubir Presiden ini tidak bisa berbuat apa-apa ketika sebuah pernyataan Fadjroel Rachman dianggap salah dan perlu diluruskan oleh Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
Seorang Fadjroel Rachman harus menurut kepada kemauan seorang Menteri. Kalau Fadjroel Rachman tidak patut dan menurut, bisa dipecat dengan tidak hormat dari jubir presiden.
Kemudian daripada itu, cerita para jubir ditinggalin dulu. Lanjut kepada tantangan debat dari LBP atau ajakan diskusi dari Jubir Menko yang barangkali bukan merupakan sebuah kegiatan intelektual.
Kalau boleh membayangkan kegiatan ajakan diskusi ini lebih menakutkan.
Ketika proses diskusi sedang berlangsung dan ada peserta yang salah-salah ngomong dalam proses diskusi tersebut.
Bisa bisa disuruh minta maaf atau kalau tidak mau, bisa dilaporkan ke polisi seperti Said Didu lantaran ada perbedaan pendapat.
Memang melaporkan Said Didu ke polisi bukan dilatarbelakangi dari sebuah diskusi. Ini gara gara sebuah Video berjudul “MSD: Luhut hanya pikirkan uang, uang, dan uang”.
Video ini hanya bagian dari kritik atau perbedaan pendapat seperti hasil dari sebuah diskusi.
Diselesaikan Secara Intelektual
Sebaiknya kasus seperti ini, tidak perlu sampai ke tangan polisi. Cukup diselesaikan dengan cara intelektual seperti di diskusikan.
Komentari tentang post ini