JAKARTA-Munculnya issu SARA (suku, agama, ras dan antar golongan) akhir-akhir ini bukan karena masalah kesenjangan ekonomi semata. Namun juga karena faktor buruknya kelembagaan politik yang ada. “Tidak ada lagi partai politik yang mengusung soal issu menjaga toleransi, keberagaman dan meredam isu sara,” kata Manager Riset dan Program The Indonesia Institute (TII), Yossa Nainggolan dalam diskusi ‘Isu SARA dalam Pilpres Hancurkan kebhinekaan’ bersama anggota MPR Fraksi PPP, Syaifullah Tamliha di Jakarta, Jumat (1/3/2019).
Dari penelitiannya, kata Yossa, hanya ada satu partai politik yang platformnya menjaga toleransi. Dari 16 partai politik yang bertarung pada Pilpres 2019, hanya 8 partai yang bicara mengenai hak azasi manusi. “Jadi hanya satu parpol yang secara spesifik bicara soal keragaman dan toleransi,” tambahnya.
Padahal, lanjut Yossa, keberadaan parpol sangat penting. Karena hanya parpollah yang bisa menjaga agar issu SARA tak mencuat. “Apalagi pendidikan politik makin berkurang, sehingga orang menjadi tidak sadar terjadi pembelahan masyarakat,” paparnya.
Komentari tentang post ini