Namun apa yang terjadi? Saya diminta oleh Gus Dur untuk tidak mendukung perjuangan Mas Sri Bintang Pamungkas, sebab Rezim Soeharto masih sangat kuat. “Untuk apa melawan Pak Harto? Ingat loh di sebrang itu sangat kuat”.
Begitu kata Gus Dur ke saya di akhir tahun 1995 itu di kantor PBNU Jakarta Pusat.
Sayapun akhirnya pamit dengan rasa sedih, lalu saya segera ke Cibubur untuk menemui Mas Sri Bintang Pamungkas di rumahnya.
Saat tiba dirumahnya, Mas Bintang bertanya ke saya,”Gimana dik, hasil pertemuannya dengan Gus Dur tadi?”.
Saya sejenak menghela nafas, awalnya mau saya katakan yang sejujur-jujurnya ucapan Gus Dur, namun di mata saya terbayang jutaan kaum yang tertindas.
Sayapun kemudian berkata bohong ke Mas Bintang,”Oh, Gus Dur sangat mendukung sekali perjuangan Mas Bintang, dan saya diizinkan oleh beliau untuk menjadi saksi yang meringankan bagi Mas Bintang”.
Mas Bintangpun tertawa senang dan merasa didukung, sebelum akhirnya masuk penjara Cipinang hingga tahun 1998.
Apa yang saya kisahkan itu bukan berarti saya ingin mengatakan bahwa Gus Dur bukanlah pahlawan atau tokoh Reformasi ’98, bukan itu maksud saya.
Gus Dur bagaimanapun tetaplah pahlawan dan tokoh Reformasi ’98 dalam perannya yang lain, yakni penguatan civil society dan tokoh pejuang demokrasi yang tak boleh diragukan lagi.
Namun untuk soal adu keberanian melawan Rezim Soeharto, yang paling terbukti juara itu ya Ibu Megawati Soekarnoputri.
Sejarah Indonesia sudah mencatatnya dengan baik, bagaimana Ibu Megawati sangat dahsyat memimpin pemberontakan rakyat kecil melawan kesewenang-wenangan Rezim Soeharto.
Komentari tentang post ini