Menurut dia, intrumen kenaikan suku bunga untuk meredam gejolak inflasi justru memberikan dampak negative bagi pertumbuhan ekonomi.
Dalam jangka menengah, dampaknya sangat terasa. Karena kenaikan suku bunga secara otomatis akan ditransformasi dengan mengurangi investasi.
Demikian juga dengan konsumsi pasti akan mengalami penurunan kalau suku bunga naik.
Gara-gara inflasi tinggi, konsumsi masyarakat juga akan mengalami penurunan.
“Tetapi, memang ini harga yang harus dibayar untuk meredam inflasi. Mau tidak mau, ketika inflasi sangat parah dan BI menaikan suku bunga acuan maka akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Saya yakin, ekonomi kita tidak akan mencapai 6 persen di akhir. Pertumbuhan 5,9 persen saja sudah sangat bagus dengan laju inflasi yang sangat besar,” jelas dia.
Dia mengaku, hamper tidak ada lagi kebijakan ekonomi yang bisa meredam inflasi ini. Situasi saat ini sangat parah.
“Sekarang ini, sudah tidak ada lagi obat untuk meredam inflasi. Inilah akibatnya kalau pemerintah terlambat kebijakan, terutama soal BBM. Sehingga dampaknya menumpuk di Juli-Agustus 2013 ini. Impor pangan terus meningkat, sementara pemerintah lambat merespon soal BBM. Obatnya memang pahit,” imbuh dia.
Komentari tentang post ini