Oleh: Freddy Tedja
Memasuki kuartal kedua tahun 2024, ada beberapa perkembangan baru yang cukup menarik untuk dicermati, baik dari pasar global maupun Indonesia sendiri.
Secara keseluruhan dalam perspektif global, pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan lebih kuat dibandingkan proyeksi sebelumnya, inflasi cenderung menurun, namun yang menjadi kontradiksi adalah tingkat suku bunga yang masih tetap dipertahankan di level saat ini untuk beberapa waktu lebih lama.
Dari dalam negeri, pemilu berlangsung lancar, peralihan pemerintahan diperkirakan berjalan mulus, dan fundamental ekonomi Indonesia tetap baik.
Di lain pihak, volatilitas yang terjadi pada Rupiah cukup mengkhawatirkan sentimen investor.
Mari kita bahas secara singkat kondisi-kondisi tersebut.
PASAR GLOBAL
IMF memproyeksikan ekonomi global tahun ini tumbuh 3,2%. Penopang utamanya adalah kawasan negara berkembang yang diproyeksikan tumbuh 4,2%, disusul oleh kawasan negara maju yang tumbuh 1,7%.
Menariknya, semua angka-angka ini lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya yang dirilis bulan Januari lalu, apalagi jika dibandingkan dengan kekhawatiran resesi global yang sempat mengemuka tahun lalu.
Optimisme pertumbuhan ini didukung oleh tingkat permintaan yang kuat, tabungan era pandemi yang masih lebih dari cukup, dan juga dampak positif stimulus pemerintah. Ekonomi yang resilien juga terjadi bersamaan dengan tren disinflasi, didukung oleh pemulihan rantai pasok global, ketersediaan tenaga kerja, dan turunnya harga energi.
Masalahnya, walaupun inflasi global sudah menjinak, bank sentral dunia belum dapat menurunkan suku bunga, karena cenderung menunggu langkah bank sentral Amerika Serikat atau The Fed.
Di lain pihak, The Fed memberi sinyal masih butuh waktu untuk lebih yakin lagi bahwa inflasi domestiknya sudah benar-benar dalam tren penurunan, sebelum melakukan pemangkasan.
Kondisi ini membuat pasar harus menyesuaikan kembali ekspektasinya terkait suku bunga, dan sempat meningkatkan volatilitas baik di pasar saham, pasar obligasi, maupun pasar mata uang, baik di seluruh dunia – global, Asia, sampai Indonesia.
Namun kabar baik terakhir, Chairman The Fed mengemukakan bahwa walaupun suku bunga belum akan turun secepat ekspektasi pasar sebelumnya, tapi potensi kenaikan lebih lanjut pun sangat kecil, jadi langkah berikutnya ke depan adalah pemotongan suku bunga.
Hal ini dapat dipahami, karena sebenarnya mayoritas komponen inflasi AS telah mereda, kecuali komponen shelter dan transportasi yang memang masih cukup tinggi.
Nah, semoga kejelasan sikap The Fed dapat menenangkan pasar, seperti terlihat dari volatilitas yang sudah mulai mereda.
Dan ke depannya sentimen pasar global kembali dapat kembali kondusif.
PASAR DOMESTIK
Beralih ke Indonesia. Di kuartal pertama kemarin, pemilu presiden menjadi fokus utama.
Komentari tentang post ini