Tetapi jangan kaget, kalau secara diam-diam di ruang gelap si politisi mewujudkan kehendaknya untuk mengubah aturan. Misalnya batas terendah usia dewasa diturunkan agar anaknya bisa memenuhi syarat ikut kompetisi merebut jabatan politik.
Di sini si politisi mampu menyembunyikan kehendaknya. Tetapi ia berhasil mewujudkan kehendaknya itu tanpa bisa dideteksi oleh orang lain.
Pantang Menyerah
Bagaimana perilaku politisi yang pantang menyerah itu diwujudkan? Di mata para politisi, kekejaman harus dilakukan sedemikian rupa secara efektif semata-mata demi tercapainya tujuan. Sekalipun kekejaman itu bertentangan dengan perikemanusiaan dan moralitas.
Persis seperti dikatakan Lao Tzu, dalam buku Tao Te Ching, seorang politisi harus berani tinggalkan kebaikan, berani lepaskan kebijaksanaan. Tidak ada kasih sayang, tidak ada moralitas. Sebab hanya dengan begitu, politisi akan menarik manfaat seribu kali.
Politisi yang sedang memegang kekuasaan, tidak akan segan-segan mempraktekkan “politik rebus kodok”. Kodok dimasukkan ke dalam panci yang sebelumnya sudah diisi dengan air dingin.
Komentari tentang post ini