AVN disebut menerapkan strategi kemitraan dengan penyedia infrastruktur dan mengadopsi model bisnis yang rendah belanja modal.
Sehingga, AVN menghasilkan margin EBITDA tertinggi secara industri, yakni sebesar 61 persen di 2020 dan diproyeksikan bisa mencapai 75 persen selama lima tahun ke depan.
Maka, proyeksi pertumbuhan pendapatan CAGR bisa sebesar 39 persen sampai tahun 2025.
Tjendra menyebutkan, bergabungnya AVN dengan Malacca Straits akan menjadikan saham dan waran AVN bisa tercatat di NASDAQ, sehingga dapat memberikan akses bagi investor global ke bisnis OTT dan streaming di Indonesia.
Lebih lanjut dia mengatakan, kombinasi bisnis tersebut akan menghasilkan USD135 juta ke dalam neraca AVN, dengan asumsi tidak ada redemption oleh pemegang saham publik di MLAC atau penyesuaian harga pembelian.
Menurut Tjendra, MNC Group akan melakukan roll-over 100 persen ekuitasnya di AVN dan akan menerima tambahan saham AVN.
Dengan demikian, jika digabungkan dengan saham existing, tentunya IPTV akan memiliki jumlah saham yang mencerminkan nilai perusahaan pre-money AVN sebesar USD530 juta.