Menurut Fithra, investor tentu akan melihat sejauh mana upaya pemerintah mengendalikan penyebaran wabah virus Corona di dalam negeri. Pasalnya, penyebaran virus juga akan mempengatuhi aktivitas produksi.
Pertimbangan investor itu juga bisa dilihat berdasarkan indikasi-indikasi yang terjadi saat ini yakni dari pergerakan rupiah dan IHSG yang anjlok. “Meski bukan indikator paling akurat, tapi itu bisa dijadikan sebagai leading indicator karena yang menjadikan rupiah sampai tembus Rp17 ribu dan IHSG di level 3.000-an itu bukanlah faktor fundamental, tetapi karena faktor COVID-19,” katanya.
Fithra menuturkan, jika dilihat dari sisi fundamental, nilai tukar rupiah seharusnya masih berada di kisaran Rp13 ribu-Rp14 ribu-an. Hal itu lantaran kinerja ekspor pada Februari lalu cukup gemilang karena adanya peningkatan ekspor. “COVID-19 ini yang sangat mempengaruhi rupiah dan IHSG secara negatif, maka usaha pemerintah memitigasi COVID-19 akan sangat baik bagi perekonomian jangka menengah dan panjang,” imbuhnya.
Komentari tentang post ini