JAKARTA-Nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa (19/3) diperkirakan kembali melemah karena tekanan negatif dari eksternal atas kegagalan lelang obligasi Italia yang tidak mencapai target.
“Rupiah diperkirakan bergerak di posisi 9.680-9.720 per dollar Amerika Serikat (AS),” ujar analis valas PT Bank Saudara Tbk, Rully Novadi Jakarta, Senin (18/3).
Menurut dia, sentimen positif eksternal belum mendukung penguatan rupiah, terutama masalah Eropa.
Tekanan ini kian menguat setelah lelang obligasi atau buy back obligasi Italia tidak mencapai target.
Beberapa lembaga rating juga merilis data yang menunjukan ekonomi Eropa masih suram.
Data-data ini membuat pelaku pasar kembali khawatir dengan kembali memburuknya krisis utang zona euro.
Kekhawatiran kian memuncak setelah skema bailout yang ditawarkan zona euro untuk Siprus dikhawatirkan dapat memicu bank rush.
“Jadi, sentimen positif eksternal sangat minim sehingga menekan rupiah,” kata dia.
Dia menilai, meningkatnya permintaan dollar AS dipicu dari kenaikan penjualan ritel AS menjadi 1,1 persen dari sebelumnya 0,2 persen, juga data klaim pengangguran dan neraca lancar AS yang cukup positif sehingga menunjukkan berlanjutnya pemulihan pertumbuhan ekonomi di AS.