JAKARTA-Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis pada pekan lalu dan pekan ini diprediksi akan melanjutkan penguatan.
Hal ini ditopang oleh tiga sentimen domestik, yakni surplus neraca perdagangan Oktober 2022 yang diprediksi berlanjut, keputusan Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga acuan dan perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Selain itu, market di pekan ini juga akan tertopang oleh dua sentimen eksternal, berupa ekspektasi Bank Sentral AS (The Fed) yang akan menurunkan keagresifannya dalam menaikkan suku bunga acuan dan harga komoditas.
“Pada Oktober 2022, surplus neraca perdagangan diprediksi masih akan berlanjut. Menurut konsensus Bloomberg, surplus neraca perdagangan diprediksi sebesar USD4,5 miliar. Surplus neraca perdagangan diprediksi akan menjadi sentimen cukup positif bagi IHSG dan rupiah,” kata Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, Mino di Jakarta, Senin (14/11).
Dia mengatakan, surplus neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2022 merupakan rekor neraca perdagangan yang selalu surplus sejak awal tahun ini.
“Kalau pun turun, angkanya masih cukup besar dan ini akan masih sangat positif. Surplus ini tercatat di net ekspor-impor GDP kita. Kalau semakin gede net-nya atau surplus, maka akan positif untuk ekonomi kita,” papar Mino.
Optimisme penguatan IHSG pekan ini juga akan ditopang keputusan BI terkait besaran BI 7day Reverse Repo Rate.
Menurut Mino, pasca suku bunga acuan di AS sebesar 75 bps menjadi 4 persen, maka diprediksi akan membuat BI pada pertemuan dua hari 16-17 November 2022 akan kembali menaikkan suku bunga acuan.
“Menurut konsensus Bloomberg, BI diprediksi akan menaikan suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 5,25 persen,” ucap Mino.
Selanjutnya, pergerakan IHSG yang positif pada pekan ini juga akan tertopang oleh perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Komentari tentang post ini