Mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini mengajak mahasiswa aktif dalam Pemilu.
Jangan berpikir tidak ada calon yang bagus.
Pilih yang terbaik atau yang paling sedikit kejelekaannya.
Pemilu, kata Mahfud, bukan memilih orang sempurna, tapi memperkecil peluang orang jahat memimpin.
Orang, memilih maupun tak memilih, hasilnya akan jadi pemimpin dan tunduk pada kebijakannya.
Orang yang apatis bisa jadi korban keputusan politik.
Tak ada orang yang tidak terikat keputusan politik yang menang.
“Jangan bilang ogah ikut politik,” tuturnya.
Mahfud mengimbau, Pemilu harus diselenggarakan dengan jujur dan adil.
Bebas, rahasia, dan tidak boleh ada paksaan.
Jika tidak, akan menimbulkan kekacauan.
“Jangan mau diteror, ditekan, apalagi mau dibeli suaranya. Menurut ajaran agama, orang yang memilih karena disuap, tidak sesuai dengan hati nurani, itu seperi binatang. Nuraninya tidak hidup. Ingin milih itu, dikasih uang jadi berubah, jadi dia tidak pakai nurani. Punya mata dan telinga tapi tidak melihat dan mendengar kebenaran,” pesannya.
Menhan era Presiden Gus Dur ini pun mengajak mahasiswa menjadi pemilih rasional.
Cari pemimpin yang mau berdebat dan beradu visi dan misi.
Dan yang tak kalah pentingnya, juga melihat rekam jejak calon.
Mahfud juga menyinggung perbedaan politik identitas dan identitas politik.
Kedua istilah itu punya perbedaan signifikan.
Politik identitas cara berpolitik yang mengutamakan kelompok primordial untuk menganggap pihak lain sebagai lawan atau musuh.
Komentari tentang post ini