JAKARTA-Otonomi perguruan tinggi (PT) diyakini tidak akan menghambat mahasiswa miskin untuk mengenyam bangku kuliah. Lagi pula, sangat jarang mahasiswa drop out karena tak ada biaya. “Biaya mahal hanya persepsi saja. Faktanya tidak ada mahasiswa yang berhenti kuliah karena tidak ada uang,” kata Koordinator Asosiasi Profesor Indonesia (API) Profesor Satryo Soemantri Brodjonegoro di Jakarta, Jumat,(1/3).
Menurut Satryo, dana pendidikan yang dialokasikan untuk mahasiswa miskin sudah ada. “Pemerintah punya tanggung jawab untuk menyubsidi mahasiswa miskin tersebut,” tambahnya
Lebih jauh Satryo menambahkan jika memang hal itu terjadi, hanyalah pekerjaan oknum. Jika ada temuan, hendaknya harus diselesaikan. “Kalau ada masalah seperti itu harus diselesaikan. Jangan UU yang dicabut,” ujarnya
Sebelumnya, sebanyak enam mahasiswa yang tergabung dalam BEM Universitas Andalas mengajukan uji materi terhadap Undang-Undang 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Dikti) ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Mereka menilai keberadaan UU tersebut membebani mahasiswa yang kurang mampu untuk merasakan bangku pendidikan perkuliahan. Adapun pasal yang digugat, yakni Pasal 64 dan 65 mengenai otonomi, kemudian Pasal 73 dan 74 tentang penerimaan, Pasal 85 dan 86 tentang penerimaan, dan Pasal 90 mengenai pengaturan oleh lembaga asing. “Banyak perguruan tinggi yang ingin diberlakukannya otonomi. Ketika saya masih menjabat sebagai dirjen saja sudah ada 10 perguruan tinggi yang mengajukan,” paparnya