JAWA TIMUR-Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memberikan apresiasi kepada Cargill Indonesia yang merealisasikan investasi sebesar Rp1,3 Triliun melalui PT Sorini Agro Asia Corporindo untuk membangun pabrik corn wet milling di Pasuruan, Jawa Timur.
Pabrikini akan memproduksi pati jagung dan pemanis untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku pati jagung dan pemanis pada industri penggunanya.
“Pabrik corn wet milling Cargill mengadopsi aspek industri 4.0 dengan mengoptimalkan otomatisasi dalam keseluruhan proses mulai dari penggilingan hingga pengemasan produk yang menggunakan sistem robotik,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika di Jakarta, Senin (12/9).
Dirjen Industri Agro menyampaikan, investasi baru ini diyakini dapat mensubstitusi impor sekaligus meningkatkan ekspor pati jagung dan pemanis.
“Saat ini dengan meningkatnya produksi dalam negeri, impor untuk pati jagung, sirop fruktosa dan sirop glukosa mulai tersubstitusi produk dalam negeri,” ungkapnya.
Kemenperin mencatat terjadinya tren penurunan impor komoditas tersebut. Pada tahun 2019, nilai impornya sebesar Rp2,99 triliun, kemudian turun menjadi Rp2,69 triliun di tahun 2020, dan turun kembali menjadi Rp1,56 triliun tahun 2021.
Putu mengemukakan, industri pati jagung dan pemanis merupakan bagian dari industri antara, yang memiliki keterkaitan yang luas mulai dari sektor pertanian hingga sektor industri hilir makanan dan minuman sebagai pengguna pati jagung dan pemanis.
“Produk pati jagung memiliki nilai tambah yang tinggi sebagai bahan baku pada industri bihun, pemanis seperti glukosa, fruktosa, sorbitol dan maltodekstrin. Selain itu pati jagung dapat digunakan sebagai bahan penolong pada industri biskuit, industri olahan daging maupun tekstil,” paparnya.
Industri pati jagung dan pemanis saat ini masih dihadapkan pada tantangan pemenuhan bahan baku jagung.
Bahan baku jagung yang diterima oleh industri pengolah harus memiliki kadar aflatoksin di bawah 20 part per billion (ppb) dan kadar pati di atas 70%.
“Untuk memberikan kepastian pasokan jagung bagi industri dan mendukung tercapainya program subtitusi impor jagung, Kemenperin telah mengusulkan Neraca Komoditas Jagung pada tahun 2023. Dengan Neraca Komoditas, diharapkan adanya data ketersediaan dan kebutuhan bahan baku jagung secara transparan dan akuntabel,” imbuhnya.
Selain melalui Neraca Komoditas, Kemenperin juga berharap perusahaan dapat bermitra dengan petani jagung dalam rangka peningkatan produksi dan penyerapan bahan baku jagung yang sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.
Komentari tentang post ini