Perempuan Lebih Beresiko
Menurut dr. Syahrizal, penyakit autoimun paling banyak ditemukan pada perempuan usia 15–44 tahun.
Data dari Global Autoimmune Institute, 2024 menunjukkan bahwa sekitar 78% dari individu yang mengidap autoimun adalah perempuan.
Kecenderungan ini diyakini kuat terkait dengan perbedaan biologis antar gender, termasuk keberadaan kromosom X tambahan, fluktuasi hormonal (khususnya estrogen), fungsi reproduksi, respons imun yang berbeda.
Jika tidak dikendalikan, penyakit autoimun pada dapat menimbulkan komplikasi serius, mulai dari kerusakan organ permanen (misalnya ginjal pada lupus atau saraf pada multiple sclerosis), peningkatan risiko penyakit jantung, hingga gangguan kehamilan seperti keguguran.
Dampak psikologis juga tidak dapat diabaikan — banyak pasien menghadapi kecemasan, depresi, dan penurunan kualitas hidup.
Penananganan Autoimun
Setelah mendapatkan diagnosis, dokter akan menentukan penanganan yang sesuai dengan jenis autoimun, tingkat keparahan, dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan.
Penanganan dapat mencakup pengaturan pola makan, obat untuk mengendalikan peradangan, imunoterapi, hingga terapi plasma exchange untuk kondisi tertentu.
Tujuannya bukan sekadar meredakan gejala, tetapi menstabilkan sistem imun agar pasien dapat kembali menjalani aktivitas dengan nyaman.















